logo

KETUA PA BOJONEGORO SIDAK IMPLEMENTASI INOVASI UNGGULAN PTSP ONLINE DISKA DAN ISBAT

Bertempat di ruang PTSP pengadilan Agama Bojonegoro, pada hari Senin, tanggal 25 Maretr 2024 pukul 15.15 WIB, Ketua PA Bojonegoro melakukan sidak untuk memonitoring pemanfaatan
KETUA PA BOJONEGORO SIDAK IMPLEMENTASI INOVASI UNGGULAN PTSP ONLINE DISKA DAN ISBAT

Kaleidoskop Pengadilan Agama Bojonegoro Meraih predikat WBK

Kaleidoskop Pengadilan Agama Bojonegoro Meraih predikat WBK

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Plt. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

Ucapan Terima Kasih dan Penghargaan Plt. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama

FAQ-IH

Dalam suatu website, FAQ adalah hal umum disediakan untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi. Kepanjangan FAQ-IH adalah Frequently Asked Questions dan Informasi Humas
FAQ-IH

Desk Evaluation PA Bojonegoro

Bojonegoro, 3/8/2023 – “Jalan-jalan ke Kota Madiun, Mari Kita Mulai Penilaian Ini dengan Ucapan Assalamualaikum” sebait pantun dari Jhon Rico, Sp.SI.,M.M., s
Desk Evaluation PA Bojonegoro

Biaya Perkara

SIPP

Jadwal Sidang

SIWAS

e-court

Gugatan Mandiri

WA

aco

PTSP Online

CEK AKTA CERAI

Dipublikasikan oleh admin on . Hits: 21203

ADUUUH SHOLATKU TIDAK DITERIMA

Drs.H.Sholikhin Jamik,SH., M.H.

Di suatu pagi Samijo dan Sukidi pemuda lugu dari desa itu pergi ke kota, betapa terkejutnya tatkala membaca koran Jawa Pos tanggal 20 Juni 2008 hal 10. yang berjudul “ Setahun untuk 4 wakil rakyat “. Berita di koran itu berisi di Kabupaten Nganjuk ada 4 wakil rakyat periode 1999-2004 yang bernama  Ali Fauzan, Enceng Mahfudin, Wachid Djarwono, dan Adi Soetjipto di vonis satu tahun penjara karena korupsi Anggaran Rumah Tangga Dewan (ARTD). Dalam hati Samijo dan Sukidi bergejolak mengapa hal itu bisa terjadi, karena orang-orang itu tokoh Agama yang sangat disegani di Kabupaten Nganjuk, apalagi Ali Fauzan, dia pemimpin Organisasi Islam terbesar di kabupaten Nganjuk, lingkungannya santri dan sejak kecil tidak pernah meninggalkan sholat.

Selesai membacara koran itu Samijo dan Sukidi masih belum percaya, mengapa hal itu bisa terjadi, mengapa fenomena moral ganda itu benar-benar terjadi di tengah-tengah umat Islam Indonesia yang tentu diyakini masih beribu-ribu peristiwa senada dalam kehidupan ini. Padahal agama Islam sangat melarang umatnya berbuat seperti itu. Dimana peran agama dalam mengendalikan prilaku umatnya. Bukankah dalam surat Al-ankabut ayat 45 di firmankan “ Sesungguhnya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar “.?. Mengapa dalam masyarakat banyak terjadi kontradiksi sikap, antara sikap kepatuhan terhadap agama ( baca rajin sholat) dengan prilaku sosial yang sama sekali bertentangan dengan titah-titah agama itu sendiri. Satu sisi seseorang selalu patuh menjalankan ibadah ritual ( baca Rajin Sholat) tetapi di lain pihak banyak melakukan hal-hal yang di larang agama. Sebagai contoh kasus diatas dia rajin sholat, namun bersamaan itu dia seorang koruptor yang bisa saja sholatnya tidak diterima. Lantas apa ukurannnya sholat seseorang itu bisa diterima oleh Allath SWT. Apakah orang yang sholatnya diterima itu ada hubungannnya dengan sikap sosial seseorang ?.

Saya mencoba menjawab kasus tersebut dimulai dengan hadis-hadis Rasulullah Saw. yang ada hubungannya dengan shalat dan ada pula hubungannya dengan kemasyarakatan.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Akan datang suatu zaman di mana orang-orang berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang mukmin." Rasulullah Saw. juga bersabda, "Nanti akan datang suatu zaman di mana seorang muazin melantunkan azan, kemudian orang-orang menegakkan shalat, tetapi di antara mereka. tidak ada yang mukmin" (Kanzul 'Ummal, hadis ke-3110).

Sabda-sabda Rasulullah yang mulia di atas jelas menarik bagi kita. Akan muncul pertanyaan di benak kita, "Mengapa shalat yang mereka lakukan tidak dianggap sebagai tanda seorang mukmin? Dan mengapa orang yang melakukan shalat di masjid itu tidak dihitung sebagai mukmin?"

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menunjukkan tanda-tanda seorang mukmin. Shalat bukan-lah tanda bahwa seseorang yang melakukannya dapat disebut sebagai mukmin, tetapi ia merupakan tanda bahwa yang melakukannya adalah seorang Muslim. Oleh karena itu, tanda seorang mukmin ialah shalat ditambah dengan syarat yang lainnya.

Saya ingin menyebutkan karakteristik seorang mukmin yang dimuat dalam Shahih Bukhari  Rasulullah yang mulia bersabda, Pertama, barangsiapa yang beriman (mu'min) kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya dia menghormati tetang-ganya. Kedua, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya dia senang menyambungkan tali per-saudaraan. Ketiga, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya dia berbicara yang benar; dan kalau tidak mampu berbicara dengan benar, maka lebih baik dia ber-diam diri.Keempat, tidak dianggap sebagai orang beriman apabila seseorang tidur dalam keadaan kenyang, sementara para tetangganya kelaparan di sampingnya.

Dengan hanya mengambil empat macam hadis di atas, Anda melihat bahwa tanda seorang mukmin itu terlihat dari tanggung jawabnya di tengah-tengah masyarakatnya. Kalau dia menghormati tetangganya, menyambungkan tali persaudaraan, dan berbicara dengan benar, atau memiliki keprihatinan di antara penderitaan yang dirasakan oleh saudaranya di sekitarnya, maka barulah dia boleh dikatakan sebagai seorang mukmin.

Jadi, dengan kata lain, Rasulullah Saw. menyebutkan bahwa nanti akan datang suatu zaman, orang-orang berkumpul di masjid untuk mendirikan shalat tetapi tidak akur dengan tetangganya, yaitu tidak menyambungkan tali persaudaraan di antara kaum Muslim. Mereka menyebarkan fitnah dan tuduhan yang tidak layak terhadap kaum Muslim. Mereka melaksanakan shalat tetapi tidak sanggup mengatakan kalimat yang benar. Mereka melakukan shalat tetapi acuh tak acuh dengan penderitaan yang dirasakan oleh sesamanya. Kata Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang melakukan shalat, tetapi sebetulnya tidak dihitung sebagai orang yang melakukan shalat. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, "Ada dua orang umatku yang melakukan shalat, yang rukuk dan sujudnya sama, akan tetapi nilai shalat kedua orang itu jauhnya antara langit dan bumi." Dalam hadis qudsi, juga disebutkan mengenai orang-orang yang diterima shalatnya oleh Allah Swt., "Sesungguh nya Aku (Allah Swt.) hanya akan menerima shalat dari orang yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia. menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan tutup shalat orang itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan makhluk~Ku yang lain adalah seperti perumpamaan firdaus di surga."

Dalam hadis qudsi tersebut disebutkan bahwa tanda-tanda orang yang diterima shalatnya oleh Allah Swt., adalah: Pertama, dia datang untuk melaksanakan shalat dengan merendahkan diri kepada-Nya. Dalam Al-Quran, keadaan seperti itu disebut dengan khusyu'. Dan shalat yang khusyu' adalah salah satu tanda orang yang mukmin. Yang disebut dengan shalat yang khusyu' itu bukan yang tidak ingat apa pun. Karena orang yang tidak ingat apa pun itu disebut pingsan. Diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, apabila hendak melakukan shalat, tubuh-nya gemetar dan wajahnya pucat pasi. Sehingga ketika ada orang yang bertanya kepadanya, "Mengapa Anda ya Amirul Mukiminin?" Sayyidina Ali menjawab, "Engkau tidak tahu bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi waktu amanah." Kemudian, Sayyidina Ali membacakan sebuah ayat Al-Quran, “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS 33: 72), Kemudian Sayyidina Ali melanjutkan ucapannya, "Sha­lat adalah suatu amanat Allah yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi, dan bukit untuk memikulnya. Tetapi, mereka menolaknya dan hanya manusia yang sanggup memikulnya. Memikul amanat berarti mengabdi kepada-Nya." Kedua, dia tidak sombong dengan makhluk-Ku yang lain. Jadi, tanda orang yang diterima shalatnya ialah tidak takabur. Takabur, menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi, ia bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, atau kecantikannya.

Kalau Anda merasa besar karena memiliki hal-hal itu dan memandang enteng orang lain, maka Anda sudah ta­kabur. Dan shalat Anda tidak diterima. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Takkan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada rasa takabur walaupun sebesar debu saja." Biasanya masyarakat akan menjadi rusak kalau di tengah-tengah masyarakat itu ada orang yang takabur. Ke­mudian takabur itu ditampakkan untuk memperoleh perlakuan yang istimewa. Dan anehnya, seringkali sifat ta­kabur ini menghinggapi para aktivis masjid atau aktivis kegiatan keagamaan. Mereka biasanya takabur dengan ilmunya dan menganggap dirinya paling benar.Ketiga, tanda orang yang diterima shalatnya ialah orang yang tidak mengulangi maksiatnya kepada Allah Swt. Nabi yang mulia bersabda, "Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari kejelekan dan kemungkaran, maka shalatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Swt." Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. bersabda, "Nanti, pada Hari Kiamat, ada orang yang membawa shalatnya di hadapan Allah Swt. Kemudian shalatnya diterima dan dilipat-lipat seperti dili-pat-lipatnya pakaian yang kotor dan usang. Lain shalat itu dibantingkan ke wajahnya." Allah tidak menerima shalat itu karena shalatnya tidak dapat mencegah perbuatan maksiatnya setelah ia melakukan maksiat tersebut. Bukankah Al-Quran telah mengatakan, ...Sesungguhnya shalat mencegah dariperbuatan-perbuatan keji dan mungkar,..(QS 29:45). Keempat, orang yang diterima shalatnya ialah orang yang menyayangi orang-orang miskin. Kalau diterjemahkan dengan kalimat modern, hal ini berarti orang yang mempunyai solidaritas sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan penderitaan sesamanya. Dia menyisihkan sebagian waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang lain.

Kalau dalam shalat Anda, Anda sudah merasakan kebesaran Allah dan tidak takabur; dan kalau Anda sudah tidak mengulangi perbuatan maksiat sesudah shalat; dan kalau Anda sudah mempunyai perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang lain, maka Allah akan melindungi Anda dengan jubah kebesaran-Nya. Allah akan memberi-kan kepada Anda kemuliaan dengan kemuliaan-Nya, dan akan membungkus Anda dengan busana kebesaran-Nya. Di samping itu, Allah akan menyuruh para malaikat untuk menjaga Anda; dan para malaikat itu akan berkata sebagai-mana yang disebutkan dalam Al-Quran.

Penulis: Panitera Pengadilan Agama Bojonegoro

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Bojonegoro Klas IA

Jalan MH. Thamrin No.88
Bojonegoro,
Jawa Timur


(0353) 881235

(0353) 892229

pabojonegoro@gmail.com